Rabu, 30 September 2015

TUGAS KELOMPOK
EKONOMI KOPERASI#
Kelas 2EB42

UNIVERSITAS GUNADARMA
(Dosen : DR. Muhammad Yunanto SE.MM)

Kelompok 2:

Arista Faoziyanti

Fiqih Lestari

Indriyani Claudina

Lia Ismiani

Natania Hanna

Pertanyaan !

1.   Apakah perbedaan/ Klasifikasi Jenis – jenis Usaha Koperasi?
Jawab.
Pada UU No. 12 Tahun 1967
BAB VII ORGANISASI DAN JENIS KOPERASI
Bagian 5 Organisasi Koperasi
Pasal 14 (1) Sekurang-kurangnya 20 (Dua puluh) orang yang telah memenuhi syarat-syarat termaksud di
dalam pasal 10 dapat membentuk sebuah Koperasi.



Bentuk dan Jenis Koperasi terdapat pada UU No. 25 Tahun 1992


Bagian III
Pasal 15 Koperasi dapat berbentuk koperasi Primer atau Koperasi Sekunder.
Pasal 16 Jenis Koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya.
Berikut Penjelasan mengenai Koperasi Primer dan Sekunder pada UU No. 17 Tahun 2012
Pasal 7 (1) Koperasi Primer didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan
memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau Anggota sebagai modal awal Koperasi. (2) Koperasi
Sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) Koperasi Primer.



Dalam UU No. 17 Tahun 2012 terdapat juga :
BAB IX JENIS, TINGKATAN, DAN USAHA KOPERASI
Bagian Kesatu : Jenis

Pasal 82 (1) Setiap Koperasi mencantumkan jenis Koperasi dalam Anggaran Dasar. (2) Jenis Koperasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kesamaan kegiatan usaha dan/atau kepentingan
ekonomi Anggota.
Pasal 83 Jenis Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 terdiri dari:
a. Koperasi konsumen
b. Koperasi produsen
c. Koperasi jasa
d. Koperasi Simpan Pinjam.

Pasal 84 (1) :  Koperasi konsumen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang penyediaan
                      barang kebutuhan Anggota dan non-Anggota.
              (2) : Koperasi produsen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana                         produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan Anggota kepada Anggota dan non
                      Anggota.
              (3) : Koperasi jasa menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non-simpan pinjam yang                              diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota.
              (4)  : Koperasi Simpan Pinjam menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha yang                          melayani Anggota.

Pasal 85 Ketentuan mengenai tata cara pengembangan jenis Koperasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 82 sampai dengan Pasal 84 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua : Tingkatan
Pasal 86 (1) :  Untuk meningkatkan usaha Anggota dan menyatukan potensi usaha, Koperasi dapat
                      membentuk dan/atau menjadi Anggota Koperasi Sekunder.
              (2) :  Tingkatan dan penggunaan nama pada Koperasi Sekunder diatur oleh Koperasi yang
                       bersangkutan.

Bagian Ketiga : Usaha
Pasal 87 (1) : Koperasi menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan langsung dan sesuai dengan jenis
                     Koperasi yang dicantumkan dalam Anggaran Dasar.
              (2) : Koperasi dapat melakukan kemitraan dengan pelaku usaha lain dalam menjalankan usahanya.                (3) : Koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syariah.
              (4) ; Ketentuan mengenai Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah sebagaimana dimaksud                           pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Adapula penjelasan mengenai KOPERASI SIMPAN PINJAM dalam Bab X :
Pasal 88 (1) ; Koperasi Simpan Pinjam harus memperoleh izin usaha simpan pinjam dari Menteri.
              (2) : Untuk memperoleh izin usaha simpan pinjam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Koperasi                         Simpan Pinjam harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 89 : Koperasi Simpan Pinjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1) meliputi kegiatan: a.
menghimpun dana dari Anggota; b. memberikan Pinjaman kepada Anggota; dan c. menempatkan dana
pada Koperasi Simpan Pinjam sekundernya.
Pasal 90 (1) : Untuk meningkatkan pelayanan kepada Anggota, Koperasi Simpan Pinjam dapat membuka
                      jaringan pelayanan simpan pinjam.
              (2) : Jaringan pelayanan simpan pinjam dapat terdiri atas: a. Kantor Cabang; b. Kantor Cabang                            Pembantu; dan c. Kantor Kas. (3) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembukaan                       Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas sebagaimana dimaksud pada
                      ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 91 (1) : Untuk meningkatkan usaha Anggota dan menyatukan potensi usaha serta mengembangkan 
                     kerjasama antar-Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Simpan Pinjam dapat mendirikan atau                           menjadi anggota Koperasi Simpan Pinjam Sekunder.       
              (2) ; Koperasi Simpan Pinjam Sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
                    menyelenggarakan kegiatan: a. simpan pinjam antar-Koperasi Simpan Pinjam yang menjadi                           anggotanya; b. manajemen risiko; c. konsultasi manajemen usaha simpan pinjam; d. pendidikan                     dan pelatihan di bidang usaha simpan pinjam; e. standardisasi sistem akuntansi dan pemeriksaan                      untuk anggotanya; f. pengadaan sarana usaha untuk anggotanya; dan/atau g. pemberian                                  bimbingan dan konsultasi.
              (3) : Koperasi Simpan Pinjam Sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilarang                                         memberikan Pinjaman kepada Anggota perseorangan.
Pasal 92 (1) : Pengelolaan kegiatan Koperasi Simpan Pinjam dilakukan oleh Pengurus atau pengelola
              (2) : Pengawas dan Pengurus Koperasi Simpan Pinjam harus memenuhi persyaratan standar                                 kompetensi yang diatur dalam Peraturan Menteri.
              (3) :  Pengawas dan Pengurus Koperasi Simpan Pinjam dilarang merangkap sebagai Pengawas,                             Pengurus, atau pengelola Koperasi Simpan Pinjam lainnya.
Pasal 93 (1) ; Koperasi Simpan Pinjam wajib menerapkan prinsip kehati-hatian.
              (2) : Dalam memberikan Pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam wajib mempunyai keyakinan atas
                     kemampuan dan kesanggupan peminjam untuk melunasi Pinjaman sesuai dengan perjanjian.
              (3) : Dalam memberikan Pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam wajib menempuh cara yang tidak                              merugikan Koperasi Simpan Pinjam dan kepentingan penyimpan.
              (4) : Koperasi Simpan Pinjam wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya                               risiko kerugian terhadap penyimpan.
               (5) : Koperasi Simpan Pinjam dilarang melakukan investasi usaha pada sektor riil.
               (6) : Koperasi Simpan Pinjam yang menghimpun dana dari Anggota harus menyalurkan kembali                           dalam bentuk Pinjaman kepada Anggota.
Pasal 94 (1) : Koperasi Simpan Pinjam wajib menjamin Simpanan Anggota. (2) Pemerintah dapat membentuk Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi Simpan Pinjam untuk menjamin Simpanan Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Lembaga Penjamin Koperasi Simpan Pinjam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyelenggarakan program penjaminan Simpanan bagi Anggota Koperasi Simpan Pinjam. (4) Koperasi Simpan Pinjam yang memenuhi persyaratan dapat mengikuti program penjaminan
Simpanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5) Ketentuan mengenai Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi Simpan Pinjam diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 95 Ketentuan lebih lanjut mengenai Koperasi Simpan Pinjam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 sampai dengan Pasal 93 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar